Mengenal Sejarah Masuknya Gereja Katolik di Maluku Abad 16 oleh Portugis

IDNKatolik.com – KATOLIK pertama kali masuk Nusantara, tepatnya Maluku, abad ke-16 oleh Portugis saat melakukan misi penjelajahan. Kedatangan mereka lewat pelayaran dengan mengusung misi 3G yaitu: gold (kekayaan), glory (kejayaan), dan gospel (agama).

Kehadiran di Maluku pertama-tama mencari rempah-rempah. Setelah beberapa abad, Konstantinopel (sekarang Istanbul, Turki), merupakan wilayah penting karena menjadi tempat akses perdagangan internasional antara Eropa dan Asia.

Hanya saja, ketika Konstantinopel dikuasai Turki Utsmani pada abad ke-15, akses perdagangan terputus. Pemerintah Turki Utsmani melarang Eropa melewati wilayah Konstantinopel dan menutup perdagangan. Akibatnya, Eropa dan Asia perlu terbuka lagi mencari wilayah ekpedisi lain dengan menjelajah samudera.

Indonesia adalah pilihan tepat karena hasil rempah-rempah. Dari Malaka, Portugis lalu berlayar ke wilayah Maluku. Kehadiran mereka di Maluku tepatnya Kesultanan Ternate atas perinta Gubernur Jenderal Portugis, Alfonso de Albuquerque. Ekspedisi ke Malukudipimpin oleh Antonio de Abreau dan Fransisco Serrao pada 1512 dan mendarat di Ternate di tahun yang sama. Tempat ini menjadi pusat kekuasaan misi Portugis selama di Maluku. Di samping berdagang dan meluaskan kekuasaan, Portugis punya misi lain, melakukan penyebaran Injil yang dilakukan oleh para misionaris.

Saat kedatangan, agama Islam cukup berkembang pesat di Indonesia. Di Ternate, Portugis diizinkan membangun benteng yang berfungsi sebagai pangkalan militer, perdagangan, dan pusat agama. Misi awal mereka dengan menggunakan corak misi para Jesuit, yaitu penyebaran Injil adalah bagian dari pesan suci yang segera dilaksanakan. Ada berbagai cara dan metode yang mereka gunakan. Mereka mengajak orang-orang yang awalnya menganut paham animisme dan dinamisme, termasuk yang beragama Islam untuk mengimani ajarak Katolik.

Awalnya, kedatangan Portugis di Ternate mendapat sambutan baik dari Raja Ternate, yaitu Sultan Aby Lais, dengan tujuan untuk melawan Tidore. Sang Sultan berjanji akan memberikan cengkih setiap tahunnya dengan syarat Portugis harus membanun bentent terlebih dahulu di Ternate. Sultan Aby Lais juga mengirim surat kepada Raja Portugal, Dom Manuel, dan kepada Kapitan Malaka berisikan permintaan yang sama. Akan tetapi, permintaan Sultan Aby Lais baru bisa dikabulkan oleh Antonio de Brito dengan Sultan Ternate selanjutnya, yakni Sultan Kaicili Abu Hayat. Tanpa keraguan, pihak Ternate langsung mengizinkan De Brito memulai proses pembangunan benteng pertama di Ternate bernama Benteng Sao Paulo atau Benteng Gamalama, yang selesai dibangun pada 1522.

Setelah benteng Gamalama selesai dibangun, terjalin hubungan dagang antara Portugis dengan Maluku, khususnya perdagangan cengkih. Tetapi seiring berjalan waktu, timbul konflik internal karena disinyalir Portugis mulai mengusai Ternate. Terjadi pertempuran besar dipicu oleh tewasnya Sultan Khairun (1537-1570) yang dibunuh seorang prajurit yang diperintahkan Portugis. Peristiwa ini membawa anak Sultan Khairun, Sulta Baabulla memberi serangan balasan kepada Portugis.

Sultan Baabullan mengarahkan daerah-daerah lain di Maluku (kecuali Tidore) untuk melawan Portugis. Ia langsung mengepung benteng Sao Paolo dan mengirim armadanya ke Ambon untuk memburu Portugis. Rupanya, strategi Baabullah berhasil hingga Portugis menyerah dan hengkang dari Ternate pada 28 Desember 1577. Meski Portugis benar-benar pergi dari Maluku tahun 1605.

Misionaris Portugis di Maluku yang terkenal dalam penyebaran agama Katolik antara lain Gonzalves Veloso, Fernao Vinagre, dan Simon Vaz. Orang terakhir, Simon Vaz bahkan menjadi orang pertama yang mengkristenkan sejumlah bangsawan Ternate, termasuk Sultan Ternate Tabariji (1522-1534). Pada 1536, Simon Vaz meninggal dunia karena terbunuh. Setelah itu hadir para tokoh militer lain seperti Antonio Golvao, yang membuka sekolah Katolik di Ternate. Penyebaran ajaran Kristen Katolik di Maluku terus dilakukan oleh bangsa Portugis hingga 1575, sebelum akhirnya mereka diusir dari Nusantara.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *