Dua Pahlawan Nasional yang Memilih Menjadi Katolik

IDNKatolik.com – PERJALANAN hidup tidak ada yang mengetahuinya. Takdir adalah misteri masa depan yang tak seorangpun bisa menebak. Begitu pengalaman iman dua pahlawan nasional, Oerip Soemohardjo dan Slamet Riyadi. Keduanya lahir dan besar dengan balutan keislaman, tetapi akhirnya memilih menjadi Katolik. Simak kisah dua punggawa Gereja, patriot bangsa ini.

Oerip Soemohardjo

Nama kecilnya Muhammad Sidik. Ia lahir di Purworejo, 22 Februari 1893. Melihat latar belakang keluarganya, Sidik berasal dari keluarga priyayi. Ayahnya yang bernama Sumoharjo adalah seorang mantri guru HIS. Sedangkan ibunya merupakan putri Bupati Trenggalek.

Oerip seorang yang sangat memegang teguh ajaran agama Islam. Kakek Oerip bernama Mba Glondong Rayi, seorang yang taat beragama dan berharap cucunya Oerip bisa jadi alim. “Harapannya bisa berziarah ke Makkah…” ujarnya dalam buku Letjen Oerip Soemohardjo, karangan Amrin Imran, 1993.

Dalam perjalanan, harapan sang kakek sia-sia karena ia tak pernah ke Mekah dan memakai pakaian haji. Malahan dikemudian hari ia menjadi seorang penganut agama Katolik yang saleh. “Untunglah waktu itu Mba Glondong tidak ada lagi, sudah lama meninggal dunia,” tulis Imran lagi.

Dia memulai karir militernya pada tahun 1910 dengan mengikuti pendidikan militer Belanda pada Sekolah Perwira (Inlandache Officier) di Jatinegara, kemudian dia dilantik sebagai perwira Koninklijk Nederlands Indische Leger (KNIL) dengan pangkat letnan dua.

Oerip menikah dengan Rohmah Soemohardjo. Rohmah bercerita dalam buku biografinya bahwa ketika berdinas di Kalimantan, Oerip telah berkawan dengan Mgr. Tarcisius Henricus Josephus van Valenberg, OFM yang adalah Vikaris Apostolik Borneo Belanda (1934-1938). Kedekatan keduanya berhasil mengubah karakter Oerip yang keras menjadi pribadi yang berhati lembut. Akhirnya, Oerip dengan cinta dan refleksi yang mendalam, dalam bimbingan Mgr. Valenberg, memutuskan menjadi Katolik.

Belasa tahun setelah kematian Oerip, tepatnya Natal 1964, Kardinal Yustinus Darmojuwono pulang dari Vatikan membawa sebuah piala dari Paus Paulus VI bertuliskan, In memori ducis militum Benedicti Oerip Soemohardjo pr Aede sacra. Piala itu kemudian disimpan di komplek gereja di Akademi Militer Magelang.

Slamet Riyadi

Pahlawan nasional lainnya adalah Slamet Riyadi yang berpindah menjadi Katolik. Sosok Slamet dikenal sebagai salah satu komandan tempur TNI yang andal. Dia lahir pada 26 Mei 1926 dengan nama Soekamto, dan mula-mula mengganti namanya menjadi Slamet. Karena nama Slamet begitu pasaran di sekolahnya, maka dia menambah lagi kata Riyadi: jadilah Slamet Riyadi. Setelah proklamasi kemerdekaan, dia bergerilya sebagai komandan batalion lalu komandan brigade.

Slamet tertarik pada ajaran Katolik setelah mendengarkan alunan lagu di sebuah gereja katika Indonesia masih berperang dengan Belanda. “Kalau selamat dan menang mari kita ucapkan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan masuk Katolik dan baptis,” ujar Slamet Rijadi kepada ajudannya seperti dicatat dalam buku Sejarah Gereja Katolik Indonesia: Muskens, M. P. M. Pengintergrasian di Alam Indonesia (1972:346).

Hal tersebut diucapkan Slamet Rijadi pada 1948, tahun wafatnya Oerip Soemohardjo. Pada akhir 1949, tiga hari sebelum pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, Slamet Riyadi dan ajudannya yang bernama Djaka Moeljana melaksanakan niatnya. Mereka pergi ke sebuah gereja di Solo untuk diberkati.

“Ia dibaptis sebagai orang Katolik pada 24 Desember 1949, waktu usianya masih 22 tahun. Setelah pembaptisan itu, Slamet Rijadi dapat nama lagi—yang merupakan nama baptisnya—Ignatius. Kini nama lengkapnya Ignatius Slamet Rijadi,” lih. Majalah Hidup (17/12/2018).

Pada November 1950, Slamet Riyadi gugur tertembak dalam operasi penumpasan Republik Maluku Selatan (RMS) di Ambon. Seperti Oerip Soemohardjo, setelah kematiannya Slamet Rijadi juga naik pangkat dan jadi pahlawan nasional. Nama keduanya kemudian kerap dijadikan nama-nama tempat di lingkungan TNI.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *