Kronologi Restorasi Misi Katolik di Kepulauan Maluku

IDNKatolik.com –  DUA abad pasca-pelarangan Misi Katolik di seluruh Hindia-Belanda oleh parlemen Den Hag, Belanda tiba-tiba mengizinkan lagi Misi di Batavia awal abad ke-19. Restorasi ini lalu bergulir tanpa putus hinga menjangkau Maluku yang 200-an tahun sebelumnya pernah disemai para misionaris Portugis-Spanyol.

6 Maret 1807: Dekrit resmi Belanda mengizinkan Misi dibuka-kembali di Batavia.

8 Mei 1807: Roma menunjuk Pastor Jacobus Nelissen Pr. menjadi Uskup Prefek Apostolik Batavia baru ini. 4 April 1808, ia tiba di Batavia bersama Pastor Lambertus Prinsen Pr.

20 Sep. 1842: Congregatio de Propaganda Fide Roma menaikkan status Prefektur menjadi Vikariat Apostolik Batavia, diikuti pengakuan Kerajaan Belanda 16 Desember 1842.

26 Feb. 1844: Roma mengangkat Jacobus Grooff Pr. sebagai Uskup Vikariat Apostolik Batavia, yang tiba di Batavia 21 April 1845 bersama empat imam.

2 Jan. 1847: Belanda-Vatikan mencapai kesepakatan di Hindia. Poin utamanya: Misi berhak mengusulkan pembukaan wilayah baru kepada Gubernur Jenderal. Tahun 1848, Vikaris Mgr. Petrus Vranchen Pr. langung memulai perjalanan-dinas pertama ke Jawa Tengah.

1852-1854: Banyak daerah mulai dijajaki: Kalbar (1851), Madura (1852), Larantuka (1853), P. Bangka (1853), Kaltim (1853-54), Ternate, Halmahera, Makassar, Padang, Tapanuli, Nias (1853-1854). 10 imam saja di Vikariat masa itu, dibantu para Suster Ursulin (yang tiba 1856).

9 Juli 1859: Dua imam Yesuit pertama, Martinus van den Elsen dan J.B. Palinckx, tiba di Batavia, dan dipercayakan tugas di Surabaya (1859) dan Ambarawa (1862). Sepanjang 1860-1885, banyak wilayah telah dikunjungi: Jawa, Kalimantan, Flores, P. Timor, Singkawang, dan Maluku.

10 Feb. 1888: Gubernur-Jenderal Otto van Rees mengizinkan Misi dibuka di Kepulauan Kei. Vikaris Mgr. A. Claessens Pr. menyurati van Rees, 3 April, untuk berterima-kasih dan melaporkan penunjukan dua imam-Yesuit, Johanes Kusters dan Johanes J. Booms, untuk tugas itu.

4 Mei 1888: Van Rees menyetujui laporan Vikaris dan menerbitkan putusan itu di berita Register of Resolution 12 Mei 1888.

1 Juli 1888: Pastor Kusters dan Pastor Booms tiba di Tual dan memulai Misi Kepulauan Kei.

13 Juli 1889: Baptisan pertama Maria Sakbao di Langgur oleh Pastor Kusters, yang kini terus dikenang umat Kei. Tahun-tahun menyusul, banyak baptisan terjadi di Kepulauan Kei.

 22 Des. 1902: Roma melepaskan Misi Maluku-Papua dari Vikariat Batavia dan menjadikannya Prefektur Apostolik Papua-Belanda, dan menyerahkannya ke Tarekat Misionaris Hati Kudus: MSC.

31 Des. 1902: Pastor Jac. Mertens SJ menulis laporan Misi-Yesuit 14 tahun di Kei guna diserahkan ke Tarekat MSC dengan jumlah umat 1.118 jiwa, 80 anak-SD, 9 guru dan seorang bruder.

13 Feb. 1903: Tarekat MSC di Tilburg menunjuk Pastor Mathias Neyens MSC sebagai Prefek wilayah itu. Bersama Pastor Hendricus Geurtjens MSC, ia tiba di Tual 28 November 1903.

1 Jan. 1904: Penyerahan resmi Prefektur di Pusat-Misi Langgur oleh Pastor Mertens SJ dan Br. Leeuwenberg SJ kepada para misionaris Belanda Pastor Neyens MSC dan Pastor Geurtjens MSC.

24 April 1904: Prefek Neyens tiba pertama kali di Merauke dan Fak-Fak. 17 Agustus 1905 ia membuka kembali Misi-Merauke dan menempatkan 2 imam dan 2 bruder MSC di sana.

Juli 1910: Tanimbar mulai dikunjungi. Prefek lalu menugaskan dua imam MSC Joseph Klerks dan Eduard Cappers menggarap daerah ini sejak 14 Sep. 1910. Sejak itu, banyak Sekolah-Rakyat (SR) dibuka di stasi-stasi Timur Pulau Yamdena mengikuti model-persekolahan Langgur.

29 Agustus 1920: Roma mengubah Prefektur ini menjadi Vikariat Apostolik Papua-Belanda dan menunjuk misionaris di Filipina Pater Johannes Aerts MSC Uskup Vikariat.

14 Juli 1921: Mgr Aerts tiba di Langgur. Ia memulai laporan 18 tahun karya-MSC dengan catatan jumlah umat 16.714 jiwa meliputi Kepulauan Kei 9.770 jiwa di 10 stasi, Tanimbar 6.495 jiwa di 5 stasi, dan Merauke 445 jiwa di 4 stasi, dengan 3.502 siswa SR dan 85 guru.

1922-1932: Langgur menjadi pusat pastoral, pendidikan dan kesehatan bersama Standaard-School –lanjutan pasca-SR 3-tahun– bagi guru-guru Vikariat, selain sekolah pertukangan dan HollandsIndische School (HIS) di Tual bagi calon pejabat. HIS ini melahirkan dua imam-pertama Eusebius Jamco Pr. (29 Des. 1944) dan Engelbertus Dumatubun MSC (6 Feb. 1945). Sejak 1927, banyak gadis daerah menjadi suster diosesan Tarekat Maria Mediatrix (TMM).

1939-1942: Perang-Dunia II melanda Eropa, meresahkan Vikariat yang memiliki 31 misionarisnya di Kepulauan Kei dan Tanimbar, 18 di Papua, 1 di Ambon, 29 suster misionaris PBHK di Maluku dan Papua, selain 19 suster pribumi TMM di Kei.

17 Maret 1942: Mgr. Aerts menulis surat gembala masa-perang memohon bantuan umat atas 290 guru di 210 sekolah Vikariat akibat penghapusan gaji dan tunjangan pemerintah masa perang.

30 Juli 1942: Pasukan Jepang tiba di Tual, dan mengeksekusi-mati 13 misionaris MSC (Mgr. Aerts, 4 imam, 8 bruder) di depan regu-tembak di tepi pantai Langgur dan membuang mereka ke laut.

1 Agustus 1942: Jenazah Mgr. Aerts dikebumikan umat di Langgur, setelah dua hari mengapung di laut. Mayat-mayat lain yang ditemukan dikuburkan hari-hari itu.

31 Agustus 1947: Misionaris Papua Jacobus Grent MSC ditahbiskan Uskup di Wervershoof, Belanda, menggantikan Mgr. Aerts sebagai Vikaris. Ia tiba kembali di Langgur 14 Nov. 1947.

12 Mei 1949: Roma mereduksi Vikariat Apostolik Papua-Belanda menjadi Vikariat Apostolik Amboina dengan Vikaris Mgr. Grent. Pada 4 Juni 1949, Roma membentuk Prefektur Apostolik Hollandia (Jayapura) dan menunjuk Mgr. Cremers OFM sebagai Prefektur. 5 Nov. 1949, Merauke menjadi Vikariat Apostolik Merauke dan Mgr. Hermanus Tillemans MSC diangkat Vikaris.

Medio Nov. 1961: Mgr. Grent menyurati Roma memohon izin-istirahat di Ambon. Tak terduga Roma meminta agar Vikariat di Langgur pindah ke kota Ambon menjadi Keuskupan Amboina.

12 Des. 1963: Sepulang dari Konsili Vatikan-II di Roma, Mgr. Grent mewujudkan perpindahan Keuskupan Amboina di Ambon dan mengabarkan pengangkatan Pastor Andreas Sol sebagai uskup.

25 Feb. 1964: Pastor Andreas Sol MSC ditahbiskan Uskup-Coadjutor di Ambon. Ia mendampingi Mgr. Grent yang wafat 11 Agustus 1983. Mgr. Sol Uskup Belanda terakhir keuskupan ini.

18 Sep. 1994: Mgr. Sol mengakhiri masanya dan mentahbiskan Mgr. P.C. Mandagi MSC sebagai Uskup Amboina penerus hingga kini. Mgr. Sol tinggal di Ambon hingga wafatnya di usia 100-tahun, 2015.

Frits H. Pangemanan (Sumber: Mgr. APC Sol MSC & FH Pangemanan, Restorasi Misi Katolik di Kepulauan Maluku: 1888-1994, Kanisius: Yogyakarta, 2015)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *